CS1 :
CS2 :
Berita Terbaru:

780 Hektar Sawah Terancam Puso

Minggu, 15 Januari 2012

KEBUMEN, KOMPAS.com — Sekitar 780 hektar areal sawah di Kabupaten Kebumen terancam gagal panen (puso) akibat terendam banjir sejak pekan lalu. Bahkan, sebagian petani saat ini mulai menanam ulang karena benih padi berusia muda di sawah mereka sudah mati terendam banjir.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kebumen, genangan banjir sejak awal tahun telah merendam areal persawahan di enam kecamatan dengan total luas 780 hektar.
Wilayah yang kebanjiran, antara lain, adalah Kecamatan Petanahan seluas 13 hektar (ha), Kecamatan Kuwarasan (164 ha), Kecamatan Puring (295 ha), Kecamatan Prembun (184 ha), dan Kecamatan Bonorowo (124 ha). Luas tersebut belum termasuk wilayah lain yang dua hari terakhir mulai terendam banjir, seperti Kecamatan Adimulyo, Kutowinangun, Mirit, dan Ambal.
Wardoyo (39), Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya Desa Sidobunder, Kecamatan Puring, Selasa (10/1/2012), mengatakan, tanaman cepat mati sebab usia padi saat terendam banjir masih sangat muda. Dia telah mengeluarkan modal sekitar Rp 1,5 juta untuk biaya penanaman dan benih, dari sawah seluas satu hektar yang digarapnya.
"Saya terpaksa mengganti sepertiga tanaman yang sudah mati. Jika tidak tanam ulang, modal biasanya hanya Rp 1,25 juta per hektar. Namun, walau sudah diganti, belum aman juga kalau hujan masih terus turun," katanya.
Wardoyo menyebutkan, menanam padi di lahan yang digenangi air memang bisa dua hingga tiga kali menunggu curah hujan menurun. Pertama kali tanam lebih banyak untuk spekulasi.
"Kalau curah hujan sedang, meski sawah tegenang, air cepat surut. Tanaman tidak sampai mati. Tapi kalau curah hujan tinggi, itu yang membuat petani harus tanam sampai tiga kali, bahkan pernah empat kali," ucap Rukiyat (45), petani lain di Desa Prembun, Kecamatan Prembun, yang menanami ulang separuh dari lahan seluas 3.000 meter persegi miliknya yang terendam banjir.
Petani menanam ulang padi yang mati dengan mengambil sebagian rumpun padi yang sudah mulai menghijau. Rukiyat mengaku, jika memakai semaian yang baru, masa tanam akan berbeda antara tanaman yang baru dengan tanaman yang sudah ditanam sebelumnya.
Dia berharap setelah ditanami ulang sawahnya tidak terendam banjir lagi. Selain menambah biaya benih, musim panen juga akan tertunda. "Mau bagaimana lagi. Kalau tidak ditanami sayang juga, tetapi nanti kalau terendam lagi akan menambah ongkos produksi," katanya.
Share this Article on :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Ayo Ke Kebumen Januari 2012 | Design by Santo Zaq | Published by Ayo Ke Kebumen | Powered by Blogger.com.